Minggu, 08 Mei 2016

tugas cerpen individu beserta unsur intrinsik



I And My Promise


Drakkk…… bunyi pintu kamarku yang kututup dengan membantingnya yang pasti dengan sangat keras..”aduhh kenapa gak bisa ngerti aku sedikit sihh” teriakku sebal yang diakhiri dengan menghempaskan tubuh ke keranjang tempat tidur empukku dan segera menutup wajahku dengan bantal. Tak terasa mataku sudah mengeluarkan air bening disudut-sudut kelopak mataku yang beratanda bahwa akusudah tidak dapat menahan kesedihanku. Yahhh…. Aku menangis, menangis karena malangnya hidupku, menangis karena tidak ada yang mengerti aku dan menangis atas nasib ini.
Pagi menjelang, sinar-sinar lembut matahari memancarkan sinarnya dari celah-celah jendela kamar sukses membangunkanku dari sebuah mimpi.Aku bangun dengan lemah dari ranjangku dan segera menyambar handuk untuk segera mandi.Berjalan dicermin ukuran besar yang ada didalam kamar.Disana aku bisa melihat dengan jelas mata sembab yang menggambarkan sejuta kesedihan dan kekecewaan. Melihat sosok dicermin itu aku hanya bisa tersenyum pahit,ternyata ini bukan mimpi melainkan kenyataan yang harus kuhadapi, setelah melihat diriku yang tak berguna ini segera aku melanjutkan langkah gontaiku menuju kamar mandi yang terdapat dalam kamarku.
“Selesai…..” gumamku setelah merapikan dasi sebagai sentuhan terakhir dan siap untuk berangkat ke sekolah, berangkat ke SMA 2 Anugerah. Tanpa berkata apapun ataupun mengapa kedua orangtuaku,aku langsung menyambar kunci motor digantungan ruang tengah rumah dan segera melajukan motorku dengan sangat-sangat cepat tanpa sarapan dan pamit dulu pada orang yang selalu aku hormati,sayang tapi kini mereka membuat aku kecewa dan sangat kecewa.
Dalam perjalanan ingin aku melarikan diri dari semua hidup ini tapi tetap saja aku tak bisa, aku tidak memiliki tempat tujuan lain yang pantas untuk menampung anak yang putus asa ini. Tetes demi tetes air bening mengalir dari berada didepan gerbang sekolah, segera aku masuk dan berjalan lemah menuju kelas. Setelah sampai aku langsung merebahkan diri dibangku tempat duduk dengan muka yang tidak sempat lagi, heran!!! Itulah yang mungkin teman sebelahku melihat tingkahku.
“Luna kamu kenapa?? Kamu nggak apa-apa kan!!!”
“Tidak apa-apa” jawabku singkat
“Benar kamu nggak apa-apa”
“iya,jawabku sambil menampakkan senyuman manisku pada sahabatku yang cerewet itu”
“Apa kamu menangis?”
“Biasa….ayah ibuku itu”
“Oh ya sabar ya”ujar Rini sahabatku sambil menepuk pundakku untuk memberikan dukungan”
            Dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman, begitulah sahabatku itu, ia tau semua masalah yang menimpa pada diriku, karena aku selalu memberitahukan semua masalahku pada Rini, Rini sangat mengerti tentang perasaan yang aku alami.
Selama pelajaran berlangsung, aku sama sekali tidak focus apa yang dijelaskan guruku, apalagi sekarang adalah pelajaran matematika yang tingkat kesulitannya membuat aku gila. Pikiranku hanya pada masalah yang menimpa keluargaku yang dapat membuatku terpuruk lagi. Terngiang-ngiang diotakku saat dikatakan kedua orangtuaku padaku “ Lun kami harus melakukan ini, maaf yang membuatmu terluka”ujar Ayah sedikit memohon.
Tidak-tidak…….teriaku sebagai jawaban atas apa yang mereka katakana malam itu
            Huuuhh kuhembuskan nafasku dengan kasar mengingat itu. “Luna kamu harus kuat,tidak ada yang harus ditangis” lirihku menguatkan diri sendiri. Rini yang ada disebelahku hanya menatapku sedih kearahku. Kini aku berdiri didepan pintu rumahku,hanya menatap pintu itu dengan penuh keraguan apa aku harus langsung pulang setelah jam sekolah usai, aku pun dengan ragu langsung menutup pintu dan segera masuk kedalam. Deggg….. suara teriakan itu terdengar lagi. Bukan!!!!! Kata-kata makian apa pantas dikeluarkan dari mulut kedua orangtuaku semua tidak dapat menahan egonya masing-masing. Inginku melarikan diri dari kenyataan hidup ini tapi apa dayaku aku hanya seorang gadis 16 tahun yang lemah.
            Segera kulangkahkan kakiku untuk menuju kamarku,kamarku adalah saksi biksu semua tangisanku tidak ada seorang pun yang tau. Pikiranku hanya terbayang-bayang yang sudah dilakukan oleh kedua orangtuaku.Aku bertanya dalam hati “apa ini ujian yang engkau berikan padaku Tuhan, aku ingin bahagia seperti teman-temanku diluar sana yang keluarganya utuh selalu bahagia dan selalu bercanda gurau bersama.
            Tepat pukul 06.00 WIB, aku langsung bangun dari tidurku seperti biasanya mataku sembab bekas tadi  malam usai aku menangis aku nggak tau kapan semua ini berakhir, tanpa berfikir lama langsung aku mandi dan menyiapkan buku yang tersusun rapi dimeja belajarku, aku keluar dari kamarku untuk pergi kesekolah, aku langsung mengambil kunci motor yang sudah digantung ditempat biasa. Terlihat disana Ayah dan Ibuku sedang menikmati sarapan, tanpa pamit aku langsung pergi dengan melewati mereka aku sudah benci dengan mereka.
“Luna makan dulu nak, ujar ibu dengan lembut”
 “Gak lah bu, Luna makan di sekolah aja” aku langsung pergi meninggalkan mereka, tetapi tak berapa lama ayahku memanggilku dengan nada keras”
“Luna!!!! Sampai kapan kamu gini terus”
“Luna menjawab “sampai ayah dan ibu bosan dengan pertengkaran!!!”
“Ayah tau, ayah tau Luna sedih,Luna kacau pikirannya, Luna selalu memikirkan Ayah dan Ibu, kapan semua ini berakhir tetapi Ayah dan Ibu semakin menjadi-jadi,kalian jahat kalian egois!! Ujar Luna sambil menangis tersedu-sedu.
Ayah dan ibu Luna langsung terpaku dan terdiam mendengar anak gadis satu-satunya berkata seperti itu. Luna langsung pergi kesekolah meninggalkan orangtuanya
            Diperjalanan pikirannya kacau dengan semua yang terjadi dipagi tadi, seakan pikirannya hanya memikirkan atas dosa dan kesedihan
                        2 minggu kemudian
            Pagi-pagi seperti biasa Luna bangun dari tidurnya pukul 08.00 WIB karena hari libur ia memanfaatkan untuk bangun siang, Luna berusaha pagi ini tidak memikirkan apa yang terjadi sebelum-belumnya. Tiba-tiba ibuku memanggil untuk sarapan, tak biasanya ibuku memanggil dengan nada yang lembut, aku heran dengan semua ini, aku langsung bergegas menghampiri ibuku dengan muka yang murung.
“ Ada apa??? Sahut Luna dengan kasar”
“Luna anak ibu, ibu dan ayahmu punya kabar baik untukmu”
“kabar baik apa?”
“ibu dan ayah tidak akan bertengkar lagi semuanya sudah kami bicarakan tadi malam semuanya demi Luna anak ibu-ibu satu-satunya”
“serius ibu?? Sambil tersenyum”
“iyaaa??
            Aku tidak percaya apa yang terjadi saat ini seakan hanya dalam mimpi saja, tetapi aku bahagia dengan semua ini keluargaku untuh kembali dan doaku terkabul untuk hidup dikeluarga yang harmonis dan menyenangkan seperti ini. Terima kasih ya allah engkau mendengar doa hambamu ini.
Karya: Pratiwi Sari Juada
Blog: pratiwisarijuada.blogspot.com

Unsur intrinsik dari cerpen I and My Problems
1.      Tema : Anak yang terjebak dalam permasalahan keluarga
2.      Alur : Dalam cerpen ini menggunakan alur maju karena tidak menceritakan masa lalunya.   Dapat dibuktikan yaitu penulis menceritakan dari pertama ia terkena masalah sampai pada 2 minggu kemudian dan harmonis kembali.
3.      Latar :
a.       Latar tempat
-          Di kamar terdapat pada kutipan” sinar-sinar lembut matahari memancarkan sinarnya dari celah-celah jendela kamar sukses membangunkanku dari sebuah mimpi”
-          Di kelas terdapat pada kutipan “ segera aku masuk dan berjalan lemah menuju kelas”
b.      Latar waktu
-          Di pagi terdapat pada kutipan “ pagi menjelang sinar-sinar lembut matahari memancarkan sinarnya dari celah-celah jendela kamar”
-          2 minggu kemudian terdapat pada kutipan” saat kedua orangtua Luna memberikan berita yang bagus bahwa ia tidak ingin bertengkar lagi”
c.       Latar suasana
-          Sedih dalam kutipan “ tak terasa mataku sudah mengeluarkan air bening disudut-sudut kelopak mataku yang bertanda bahwa aku sudah tidak dapat menahan kesedihan”
-          Galau dalam kutipan” setelah sampai aku langsung merebahkan diri di bangku tempat duduk dengan muka yang tidak semangat lagi”
-          Bahagia dalam kutipan “aku tidak percaya apa yang terjadi saat ini,seakan hanya dalam mimpi saja,tetapi aku bahagia dengan semua ini keluargaku kembali utuh dan harmonis”
4.      Penokohan
a.       Luna: Luna adalah seorang wanita yang kuat dalam menjalani permasalahan keluarganya walaupun ia sempat putus asa untuk lari dikehidupan ini tetapi dia tetap menjalani hidupnya.
b.      Rini: Rini adalah seorang sahabat Luna yang selalu pengertian terhadap masalah Luna, terdapat dalam kutipan” sambil menepuk pundakku untuk memberikan dukungan”
c.       Ayah dan ibu: kedua orang tua yang sedikit egois tidak mementingkan kebahagiaan anaknya, tetapi akhirnya mereka sadar bahwa kebahagiaan anaknya adalah prioritas utama
5.      Gaya bahasa: Dalam cerpen menggunakan gaya bahasa atau pemilihan kata yang biasa-biasa saja tidak terlalu pada modern tetapi menggunakan kata-kata kias.
6.      Sudut pandang: cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama yaitu menggunakan aku dan saya
7.      Amanat: jadilah orang yang selalu mengerti kebahagiaan anaknya jangan terlalu egois, jadikan anak sebagai prioritas utama karena jika didalam keluarga terjadi pertengkaran itu akan mengakibatkan pada psikis anak tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar