Kamis, 26 Mei 2016

analisis dongeng sungai jodoh

Analisis Dongeng Sungai Jodoh
A.    Deskripsi Data
Zaman dahulu kalaa, masih kecil kita sering mendengar cerita atau dongeng sebelum tidur yang diceritakan ibu kita, dongeng tersebut sebagian besar bercerita tentang binatang atau fable ataupun bercerita tentang asal-usul tempat daerah. Tetapi sekarang dongeng jarang digunakan kembali, untuk itu kita sebagai penerus bangsa sebaiknya kita lestarikan kembali dongeng-dongeng tersebut dan bisa dibacakan untuk anak kita atau adik-adik kita. Dengan dongeng kita dapat juga mengetahui asal-usul nama daerah atau dapat membantu anak mengenal macam-macam bintang.
1.      Biografi Pengarang Dongeng Sungai Jodoh
Dalam dongeng sungai jodoh ini saya tidak menemukan biografi pengarangnya saya hanya menemukan tahun terbit yaitu pada tanggal 9 Agustus 2013. Disunting : Dongeng legenda Sungai Jodoh.
2.      Sinopsis Dongeng Sungai Jodoh
Di pedalaman pulau batam hidup gadis yang bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga Mak Piah. Pada suatu hari Mah Bongsu mencuci pakain di sungai tiba-tiba ia melihat ular yang ganas berenang ternyata ular tersebut mengalami luka dipunggungnya Mah Bongsu pu membawakan pulang ukar tersebut, tiba-tiba kulit ilar tersebut terkelupas jika dibakarnya maka mengeluarkan asap jika asap mengarah ke negeri jepang mengalirlah berbagai alat elektronik dan bila di Bandar lampung datanglah berkodi-kodi kain tapis lampung. Dalam waktu tiga bulan Mah Bongsu menjadi kaya raya, dengan kekayaannya ia tidak tamak ataupun kikir ia selalu menyumbangkan sebagian hartanya untuk masyarakat tidak mampu. Akhirnya pun Mak Piah tidak senang melihat Mah bongsu kaya dan ia pun mengambil seekor ular dihutan dan tidur bersama dengan anaknya.
Tak berapa lama ular tersebut telah sembuh dan tiba-tiba ular tersebut berubah menjadi seorang pria yang tampan dan ingin melamar Mah Bongsu dan mereka pun menikah kulit ular tersebut berubah menjadi sebuah gedung yang megah di halaman rumahnya selanjutnya tempat itu diberi nama desa Tiban. Dengan kebahagiannya Mak Piah dirundung kesedihan karena anaknya dipatok oleh ular yang berbisa.

B.     Analisis Data dongeng Sungai Jodoh
1.      Struktur dongeng Sungai Jodoh
a.       Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau konflik yang terkandung dalam dongeng tersebut, ,maka untuk mempermudah menentukan tema saya akan mengemukakan konflik utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah:
Seorang yang bernama Mah Bongsu menemukan ular dan ular tersebut dapat menghasilkan kekayaan dan akhirnya Mak Piah dengan keiriiannya mengambil ular dari hutan tetapi ular tersebut malah membuat anaknya meninggal dunia karena patokan ular tersebut dan akhirnya pun Mah Bongsu hidup bahagia dengan pasangannya. Berdasarkan kutipan diatas jelas lah bahwa tema yang diangkat dalam dongeng tersebut adalah mengangkat tentang Ketamakan.
b.      Alur
Untuk dapat mengetahui jalan cerita atau alur dalam dongeng tersebut kita harus dapat mengetahui rangkaian peristiwa yang terdapat dalam dongeng tersebut. Rangkaian peristiwanya sebagai berikut:
1.      Penceritaan dimulai dengan kehidupan seorang gadis yang bernama Mah Bongsu yang sebagai pembantu rumah tangga dan pada saat itu ia sedang mencuci pakain disungai dan menjumpai ular ia pun sangat takut ternyata ular tersebut mengalami luka. Dalam kutipan “ular….!!! Teriak Mah Bongsu ketakutak ketika melihat seekor ular mendekat”
2.      Mah Bongsu membawa ular tersebut kerumahnya
3.      Ternyata ular tersebut kulitnya terkelupas, kulit ular tersebut dibakar oleh Mah Bongsu timbul asap besar jika asap mengarah ke negeri jepang mendapatkan barang elektronik jika dibandar lampung mendapatkan berkodi-kodi kain tapis.
4.      Mak Piah majikannya merasa iri dan tidak mau kalah dengan Mah Bongsu yang sudah kaya.
5.      Ular tersebut berubah menjadi lelaki tampan dan ingin menikahi Mah Bongsu.
6.      Mah Bongsu dan lelaki tampan tersebut hidup bahagia ia mendirikan gedung didepan halaman rumahnya yang diberi nama desa Tiban
7.      Mak Piah dan keluarga dirundung duka karena anaknya meniggal dipatok ular berbisa yang diambil dari hutan.
Dongeng ini terdiri dari 7 sekuen yang merupakan alur maju ia tidak terbagi dalam sekuen-sekuen karena tidak menceritakan kejadian sebelumnya.

                                                                                                      
                               1             2            3           4           5             6                   7
                   
                                                           Bagan 1 dongeng Sungai Jodoh
    Dan jelaslah dongeng ini menggunakan alur maju pada bagian awal ketika Mah Bongsu bertemu dengan ular tersebut dan Mah Bongsu merawat ular tersebut dan akhirnya ular tersebut dapat merubah dirinya menjadi lelaki yang tampan dan ingin melamar Mah Bongsu menjadi istrinya. Dan akhirnya mereka pun hidup dengan bahagia.

c.       Latar
Ruang lingkup sebuah karya fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh pengarang. Latar menyangkut ruang dimana peristiwa ini berlangsung. Oleh karena itu, latar tidak hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang diciptakan melainkan ruang waktu dan latar budaya bisa saja muncul dalam dongeng tersebu. Pada bagian latar ini akan diuraikan latar tempat, waktu dan sauasana yang menjadi latar suatu peristiwa terjadi oleh para tokoh didalam dongeng ini. Latar tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.      Latar tempat
·         Di sungai merupakan tempat utama Mah Bongsu menemukan ular tersebut. Terdapat pada kutipan : “pada suatu hari Mah Bongsu mencuci pakaiannya di sungai”
·         Di pedalaman pulau Batam merupakan tempat utama untuk dikisahkan dongeng ini.
·         Rumah Mah Bongsu adalah tempat ia merawat ularnya hingga sembuh.
·         Di hutan adalah tempat Mah Piah dan Siti Mayang mencari ular.
·         Desa Tiban merupakan tempat bekas kulit ular yang diletakkan didepan halaman rumah Mah Bongsu dan berubah menjadi gedung yang besar yang diberi nama desa Tiban atau kejatuhan keberuntungan.
·         Dikamar Siti Mayang adalah tempat saat Mak Piah memerintahkan anaknya untuk tidur dengan ular yang diambil dari hutan tadi.
Dari kutipan diatas terlihat bahwa sebuah Pedalaman Pulau Batam memiliki kisah seorang anak gadis yang bernama Mah Bongsu yang menemui ular yang dapat merubah ia menjadi kaya. Akhirnya ia pun hidup bahagia dengan ular tersebut. Dengan latar tempat yang sudah diatur dalam kutipan diatas sehingga dongeng ini bisa berlangsung.
2.      Latar waktu
·         Pada suatu masa
·         Pada suatu hari
·         Malam hari
·         Tiga hari tiga malam
Latar waktu yang ditampilkan dalam kutipan diatas sangat menunjang antara kebahagian. Dalam kutipan”pesta pun berlangsung tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkannya, dan jelaslah kutipan tersebut merupakan latar waktu yang menyatakan kebahagian Mah Bongsu.
3.      Latar suasana
·         Ketakutan dalam kutipan “ularr….!!! Teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ular mendekat”
·         Terkejut dalam kutipan “ular segera meninggalkan kulitnya dan seketika itu  juga berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa”
·         Bahagia dalam kutipan”akhirnya  Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam”
·         Kesedihan “ keluarga Mak Piah sedang dirundung duka karena Siti Mayang anak gadisnya meninggal dipatok ular berbisa”

d.      Penokohan
1.      Mah Bongsu adalah tokoh yang diutamakan dalam dongeng tersebut. Tokoh utama dalam dongeng ini adalah Mah Bongsu. Mah Bongsu adalah gadis yang baik, ramah dan tidak kikir. Terdapat dalam kutipan “ Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh tubuh ular tersebut hingga sehat dan besar
“Mah Bongsu pun tidak kikir kekayaannya dibagikan kepada tetangganya terdapat dalam kutipan “ Mah Bongsu juga membantu para anak yatim, orang yang sakit dan orang lain yang membutuhkan pertolongannya”
Dalam kutipan diatas jelaslah bahwa Mah Bongsu adalah sosok gadis yang baik dan tidak kikir.
2.      Ular atau lelaki tampan merupakan seekor ular yang berubah menjadi lelaki tampan yang sangat baik karena dengan kulit ularnya terkelupas dapat memberikan hal yang baik kepada orang-orang sekitar rumah Mah Bongsu.
3.      Mak Piah adalah seorang majikan Mah Bongsu yang tamak dan tidak mau kalah suka berprasangka buruk dengan orang. Terdapat dalam kutipan” pasti Mah Bongsu memelihara tuyul”
Kutipan ke II” dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu
Dalam kutipan diatas jelaslah bahawa tokoh Mah Piah merupakan tokoh yang jahat dan tamak
4.      Siti Mayang merupakan seorang anak gadis dari Mah Piah yang sama-sama jahat serakah,tamak dengan ibunya
Terdapat pada kutipan”hampir setiap malam mereka mengintip kerumah Mah Bongsu”
e.       Sudut pandang
Sudut pandang yang dipergunakan dalam dongeng ini merupakan sudut pandang orang ketiga karena menggunakan nama seperti Mah Bongsu, Mah Piah,dan Siti Mayang.
f.       Gaya bahasa
Gaya bahasa dalam dongeng ini menggunakan gaya bahasa yang formal dan biasa saja tidak ada majas-majas yang terdapat dalam dongeng ini.
g.      Amanat
Sikap tamak,serakah akan mengakibatkan kerugian pada diri sendiri. Sedang sikap menerima apa adanya, mau menghargai orang lain dan rela berkorban demi sesame yang membutuhkan akan berbuah kebahagian.





















Lampiran dongeng Sungai Jodoh
Pada suatu masa di pedalaman pulau Batam, ada sebuah desa yang didiami seorang gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga dari seorang majikan bernama Mak Piah. Mak Piah mempunyai seorang putri bernama Siti Mayang. Pada suatu hari, Mah Bongsu mencuci pakaian majikannya di sebuah sungai. Ular! teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ulat mendekat. Ternyata ular itu tidak ganas, ia berenang ke sana ke mari sambil menunjukkan luka di punggungnya. Mah Bongsu
memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan membawanya pulang ke rumah.
Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh. Tubuh ular tersebut menjadi sehat dan bertambah besar. Kulit luarnya mengelupas sedikit demi sedikit. Mah Bongsu memungut kulit ular yang terkelupas itu, kemudian dibakarnya. Ajaib, setiap Mah Bongsu membakar kulit ular, timbul asap besar. Jika asap mengarah ke Negeri Singapura, maka tiba-tiba terdapat tumpukan emas berlian dan uang. Jika asapnya mengarah ke negeri Jepang, mengalirlah berbagai alat elektronik buatan Jepang. Dan bila asapnya mengarah ke kota Bandar Lampung, datang berkodi-kodi kain tapis Lampung. Dalam tempo dua, tiga bulan, Mah Bongsu menjadi kaya raya jauh melebihi Mak Piah Majikannya. Kekayaan Mah Bongsu membuat orang bertanya-tanya. Pasti Mah Bongsu memelihara tuyul, kata Mak Piah. Pak Buntal pun menggarisbawahi pernyataan istrinya itu. Bukan memelihara tuyul! Tetapi ia telah mencuri hartaku! Banyak orang menjadi penasaran dan berusaha menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu. Untuk menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu ternyata tidak mudah. Beberapa dari orang dusun yang penasaran telah menyelidiki berhari-hari namun tidak dapat menemukan rahasianya.
Yang penting sekarang ini, kita tidak dirugikan, kata Mak Ungkai kepada tetangganya. Bahkan Mak Ungkai dan para tetangganya mengucapkan terima kasih kepada Mah Bongsu, sebab Mah Bongsu selalu memberi bantuan mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain mereka, Mah Bongsu juga membantu para anak yatim piatu, orang yang sakit dan orang lain yang memang membutuhkan bantuan. Mah Bongsu seorang yang dermawati, sebut mereka.
Mak Piah dan Siti Mayang, anak gadisnya merasa tersaingi. Hampir setiap malam mereka mengintip ke rumah Mah Bongsu. Wah, ada ular sebesar betis? gumam Mak Piah. Dari
kulitnya yang terkelupas dan dibakar bisa mendatangkan harta karun? gumamnya lagi. Hmm, kalau begitu aku juga akan mencari ular sebesar itu, ujar Mak Piah. Mak Piah pun berjalan ke hutan mencari seekor ular. Tak lama, ia pun mendapatkan seekor ular berbisa. Dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu, pikir Mak Piah. Ular itu lalu di bawa pulang. Malam harinya ular berbisa itu ditidurkan bersama Siti Mayang. Saya takut! Ular melilit dan menggigitku! teriak Siti Mayang ketakutan. Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun, ucap Mak Piah.
Sementara itu, luka ular milik Mah Bongsu sudah sembuh. Mah Bongsu semakin menyayangi ularnya. Saat Mah Bongsu menghidangkan makanan dan minuman untuk ularnya, ia tiba-tiba terkejut. Jangan terkejut. Malam ini antarkan aku ke sungai, tempat pertemuan kita dulu, kata ular yang ternyata pandai berbicara seperti manusia. Mah Bongsu mengantar ular itu ke sungai. Sesampainya di sungai, ular mengutarakan isi hatinya. Mah Bongsu, Aku ingin membalas budi yang setimpal dengan yang telah kau berikan padaku, ungkap ular itu. Aku ingin melamarmu untuk menjadi istriku, lanjutnya. Mah Bongsu semakin terkejut, ia tidak bisa menjawab sepatah katapun. Bahkan ia menjadi bingung. Ular segera menanggalkan kulitnya dan seketika itu juga berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Kulit ular sakti itu pun berubah wujud menjadi sebuah gedung yang megah yang terletak di halaman depan pondok Mah bongsu.
Selanjutnya tempat itu diberi nama desa Tiban asal dari kata ketiban, yang artinya kejatuhan keberuntungan atau mendapat kebahagiaan. Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkan. Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan ucapan selamat.
Dibalik kebahagian Mah Bongsu, keadaan keluarga Mak Piah yang tamak dan loba sedang dirundung duka, karena Siti Mayang, anak gadisnya meninggal dipatuk ular berbisa. Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi pemuda tampan itu dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut Sungai Jodoh.



4 komentar: