Analisis Dongeng Sungai Jodoh
A. Deskripsi Data
Zaman
dahulu kalaa, masih kecil kita sering mendengar cerita atau dongeng sebelum
tidur yang diceritakan ibu kita, dongeng tersebut sebagian besar bercerita
tentang binatang atau fable ataupun bercerita tentang asal-usul tempat daerah.
Tetapi sekarang dongeng jarang digunakan kembali, untuk itu kita sebagai
penerus bangsa sebaiknya kita lestarikan kembali dongeng-dongeng tersebut dan
bisa dibacakan untuk anak kita atau adik-adik kita. Dengan dongeng kita dapat
juga mengetahui asal-usul nama daerah atau dapat membantu anak mengenal
macam-macam bintang.
1. Biografi Pengarang Dongeng Sungai
Jodoh
Dalam
dongeng sungai jodoh ini saya tidak menemukan biografi pengarangnya saya hanya
menemukan tahun terbit yaitu pada tanggal 9 Agustus 2013. Disunting : Dongeng
legenda Sungai Jodoh.
2. Sinopsis Dongeng Sungai Jodoh
Di
pedalaman pulau batam hidup gadis yang bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu
rumah tangga Mak Piah. Pada suatu hari Mah Bongsu mencuci pakain di sungai
tiba-tiba ia melihat ular yang ganas berenang ternyata ular tersebut mengalami
luka dipunggungnya Mah Bongsu pu membawakan pulang ukar tersebut, tiba-tiba
kulit ilar tersebut terkelupas jika dibakarnya maka mengeluarkan asap jika asap
mengarah ke negeri jepang mengalirlah berbagai alat elektronik dan bila di Bandar
lampung datanglah berkodi-kodi kain tapis lampung. Dalam waktu tiga bulan Mah
Bongsu menjadi kaya raya, dengan kekayaannya ia tidak tamak ataupun kikir ia
selalu menyumbangkan sebagian hartanya untuk masyarakat tidak mampu. Akhirnya
pun Mak Piah tidak senang melihat Mah bongsu kaya dan ia pun mengambil seekor
ular dihutan dan tidur bersama dengan anaknya.
Tak
berapa lama ular tersebut telah sembuh dan tiba-tiba ular tersebut berubah
menjadi seorang pria yang tampan dan ingin melamar Mah Bongsu dan mereka pun
menikah kulit ular tersebut berubah menjadi sebuah gedung yang megah di halaman
rumahnya selanjutnya tempat itu diberi nama desa Tiban. Dengan kebahagiannya
Mak Piah dirundung kesedihan karena anaknya dipatok oleh ular yang berbisa.
B. Analisis Data dongeng Sungai Jodoh
1. Struktur dongeng Sungai Jodoh
a. Tema
Tema merupakan pokok
permasalahan atau konflik yang terkandung dalam dongeng tersebut, ,maka untuk
mempermudah menentukan tema saya akan mengemukakan konflik utama yang mendukung
terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah:
Seorang yang bernama Mah Bongsu
menemukan ular dan ular tersebut dapat menghasilkan kekayaan dan akhirnya Mak
Piah dengan keiriiannya mengambil ular dari hutan tetapi ular tersebut malah
membuat anaknya meninggal dunia karena patokan ular tersebut dan akhirnya pun
Mah Bongsu hidup bahagia dengan pasangannya. Berdasarkan kutipan diatas jelas
lah bahwa tema yang diangkat dalam dongeng tersebut adalah mengangkat tentang
Ketamakan.
b. Alur
Untuk dapat mengetahui jalan cerita atau
alur dalam dongeng tersebut kita harus dapat mengetahui rangkaian peristiwa
yang terdapat dalam dongeng tersebut. Rangkaian peristiwanya sebagai berikut:
1.
Penceritaan dimulai dengan
kehidupan seorang gadis yang bernama Mah Bongsu yang sebagai pembantu rumah
tangga dan pada saat itu ia sedang mencuci pakain disungai dan menjumpai ular
ia pun sangat takut ternyata ular tersebut mengalami luka. Dalam kutipan “ular….!!! Teriak Mah Bongsu ketakutak
ketika melihat seekor ular mendekat”
2.
Mah Bongsu membawa ular tersebut
kerumahnya
3.
Ternyata ular tersebut kulitnya
terkelupas, kulit ular tersebut dibakar oleh Mah Bongsu timbul asap besar jika
asap mengarah ke negeri jepang mendapatkan barang elektronik jika dibandar
lampung mendapatkan berkodi-kodi kain tapis.
4.
Mak Piah majikannya merasa iri dan
tidak mau kalah dengan Mah Bongsu yang sudah kaya.
5.
Ular tersebut berubah menjadi
lelaki tampan dan ingin menikahi Mah Bongsu.
6.
Mah Bongsu dan lelaki tampan
tersebut hidup bahagia ia mendirikan gedung didepan halaman rumahnya yang
diberi nama desa Tiban
7.
Mak Piah dan keluarga dirundung
duka karena anaknya meniggal dipatok ular berbisa yang diambil dari hutan.
Dongeng ini terdiri
dari 7 sekuen yang merupakan alur maju ia tidak terbagi dalam sekuen-sekuen
karena tidak menceritakan kejadian sebelumnya.

Bagan 1 dongeng Sungai Jodoh
Dan jelaslah dongeng ini menggunakan alur
maju pada bagian awal ketika Mah Bongsu bertemu dengan ular tersebut dan Mah
Bongsu merawat ular tersebut dan akhirnya ular tersebut dapat merubah dirinya
menjadi lelaki yang tampan dan ingin melamar Mah Bongsu menjadi istrinya. Dan
akhirnya mereka pun hidup dengan bahagia.
c. Latar
Ruang lingkup sebuah karya fiksi
hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh pengarang. Latar
menyangkut ruang dimana peristiwa ini berlangsung. Oleh karena itu, latar tidak
hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang diciptakan melainkan ruang waktu
dan latar budaya bisa saja muncul dalam dongeng tersebu. Pada bagian latar ini
akan diuraikan latar tempat, waktu dan sauasana yang menjadi latar suatu
peristiwa terjadi oleh para tokoh didalam dongeng ini. Latar tersebut diuraikan
sebagai berikut:
1. Latar
tempat
·
Di sungai merupakan tempat utama Mah
Bongsu menemukan ular tersebut. Terdapat pada kutipan : “pada suatu hari Mah Bongsu mencuci pakaiannya di sungai”
·
Di pedalaman pulau Batam merupakan
tempat utama untuk dikisahkan dongeng ini.
·
Rumah Mah Bongsu adalah tempat ia
merawat ularnya hingga sembuh.
·
Di hutan adalah tempat Mah Piah dan Siti
Mayang mencari ular.
·
Desa Tiban merupakan tempat bekas kulit
ular yang diletakkan didepan halaman rumah Mah Bongsu dan berubah menjadi
gedung yang besar yang diberi nama desa Tiban atau kejatuhan keberuntungan.
·
Dikamar Siti Mayang adalah tempat saat
Mak Piah memerintahkan anaknya untuk tidur dengan ular yang diambil dari hutan
tadi.
Dari kutipan diatas
terlihat bahwa sebuah Pedalaman Pulau Batam memiliki kisah seorang anak gadis
yang bernama Mah Bongsu yang menemui ular yang dapat merubah ia menjadi kaya.
Akhirnya ia pun hidup bahagia dengan ular tersebut. Dengan latar tempat yang
sudah diatur dalam kutipan diatas sehingga dongeng ini bisa berlangsung.
2.
Latar waktu
·
Pada suatu masa
·
Pada suatu hari
·
Malam hari
·
Tiga hari tiga malam
Latar waktu yang
ditampilkan dalam kutipan diatas sangat menunjang antara kebahagian. Dalam
kutipan”pesta pun berlangsung tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan
ditampilkannya, dan jelaslah kutipan tersebut merupakan latar waktu yang
menyatakan kebahagian Mah Bongsu.
3.
Latar suasana
·
Ketakutan dalam kutipan “ularr….!!!
Teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ular mendekat”
·
Terkejut dalam kutipan “ular segera
meninggalkan kulitnya dan seketika itu
juga berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa”
·
Bahagia dalam kutipan”akhirnya Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan
pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam”
·
Kesedihan “ keluarga Mak Piah sedang
dirundung duka karena Siti Mayang anak gadisnya meninggal dipatok ular berbisa”
d. Penokohan
1. Mah
Bongsu adalah tokoh yang diutamakan dalam dongeng tersebut. Tokoh utama dalam
dongeng ini adalah Mah Bongsu. Mah Bongsu adalah gadis yang baik, ramah dan
tidak kikir. Terdapat dalam kutipan “ Mah
Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh tubuh ular tersebut hingga sehat dan
besar”
“Mah Bongsu pun tidak kikir kekayaannya
dibagikan kepada tetangganya terdapat dalam kutipan “ Mah Bongsu juga membantu para anak yatim, orang yang sakit dan orang
lain yang membutuhkan pertolongannya”
Dalam kutipan diatas jelaslah bahwa Mah
Bongsu adalah sosok gadis yang baik dan tidak kikir.
2. Ular
atau lelaki tampan merupakan seekor ular yang berubah menjadi lelaki tampan
yang sangat baik karena dengan kulit ularnya terkelupas dapat memberikan hal
yang baik kepada orang-orang sekitar rumah Mah Bongsu.
3.
Mak Piah adalah seorang majikan Mah
Bongsu yang tamak dan tidak mau kalah suka berprasangka buruk dengan orang.
Terdapat dalam kutipan” pasti Mah Bongsu
memelihara tuyul”
Kutipan ke II” dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak
daripada yang didapat oleh Mah Bongsu”
Dalam kutipan diatas jelaslah bahawa
tokoh Mah Piah merupakan tokoh yang jahat dan tamak
4. Siti
Mayang merupakan seorang anak gadis dari Mah Piah yang sama-sama jahat
serakah,tamak dengan ibunya
Terdapat pada kutipan”hampir setiap malam mereka mengintip kerumah
Mah Bongsu”
e. Sudut
pandang
Sudut pandang yang dipergunakan dalam
dongeng ini merupakan sudut pandang orang ketiga karena menggunakan nama
seperti Mah Bongsu, Mah Piah,dan Siti Mayang.
f. Gaya
bahasa
Gaya bahasa dalam dongeng ini
menggunakan gaya bahasa yang formal dan biasa saja tidak ada majas-majas yang
terdapat dalam dongeng ini.
g. Amanat
Sikap tamak,serakah akan mengakibatkan
kerugian pada diri sendiri. Sedang sikap menerima apa adanya, mau menghargai
orang lain dan rela berkorban demi sesame yang membutuhkan akan berbuah
kebahagian.
Lampiran
dongeng Sungai Jodoh
Pada suatu masa di pedalaman pulau Batam,
ada sebuah desa yang didiami seorang gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia
menjadi pembantu rumah tangga dari seorang majikan bernama Mak Piah. Mak Piah
mempunyai seorang putri bernama Siti Mayang. Pada suatu hari, Mah Bongsu
mencuci pakaian majikannya di sebuah sungai. Ular! teriak Mah Bongsu ketakutan
ketika melihat seekor ulat mendekat. Ternyata ular itu tidak ganas, ia berenang
ke sana ke mari sambil menunjukkan luka di punggungnya. Mah Bongsu
memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan membawanya pulang ke rumah.
memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan membawanya pulang ke rumah.
Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga
sembuh. Tubuh ular tersebut menjadi sehat dan bertambah besar. Kulit luarnya
mengelupas sedikit demi sedikit. Mah Bongsu memungut kulit ular yang terkelupas
itu, kemudian dibakarnya. Ajaib, setiap Mah Bongsu membakar kulit ular, timbul
asap besar. Jika asap mengarah ke Negeri Singapura, maka tiba-tiba terdapat
tumpukan emas berlian dan uang. Jika asapnya mengarah ke negeri Jepang,
mengalirlah berbagai alat elektronik buatan Jepang. Dan bila asapnya mengarah
ke kota Bandar Lampung, datang berkodi-kodi kain tapis Lampung. Dalam tempo
dua, tiga bulan, Mah Bongsu menjadi kaya raya jauh melebihi Mak Piah
Majikannya. Kekayaan Mah Bongsu membuat orang bertanya-tanya. Pasti Mah Bongsu
memelihara tuyul, kata Mak Piah. Pak Buntal pun menggarisbawahi pernyataan
istrinya itu. Bukan memelihara tuyul! Tetapi ia telah mencuri hartaku! Banyak
orang menjadi penasaran dan berusaha menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu.
Untuk menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu ternyata tidak mudah. Beberapa
dari orang dusun yang penasaran telah menyelidiki berhari-hari namun tidak
dapat menemukan rahasianya.
Yang penting sekarang ini, kita tidak
dirugikan, kata Mak Ungkai kepada tetangganya. Bahkan Mak Ungkai dan para
tetangganya mengucapkan terima kasih kepada Mah Bongsu, sebab Mah Bongsu selalu
memberi bantuan mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain mereka, Mah
Bongsu juga membantu para anak yatim piatu, orang yang sakit dan orang lain
yang memang membutuhkan bantuan. Mah Bongsu seorang yang dermawati, sebut
mereka.
Mak Piah dan Siti Mayang, anak gadisnya
merasa tersaingi. Hampir setiap malam mereka mengintip ke rumah Mah Bongsu.
Wah, ada ular sebesar betis? gumam Mak Piah. Dari
kulitnya yang terkelupas dan dibakar bisa mendatangkan harta karun? gumamnya lagi. Hmm, kalau begitu aku juga akan mencari ular sebesar itu, ujar Mak Piah. Mak Piah pun berjalan ke hutan mencari seekor ular. Tak lama, ia pun mendapatkan seekor ular berbisa. Dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu, pikir Mak Piah. Ular itu lalu di bawa pulang. Malam harinya ular berbisa itu ditidurkan bersama Siti Mayang. Saya takut! Ular melilit dan menggigitku! teriak Siti Mayang ketakutan. Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun, ucap Mak Piah.
kulitnya yang terkelupas dan dibakar bisa mendatangkan harta karun? gumamnya lagi. Hmm, kalau begitu aku juga akan mencari ular sebesar itu, ujar Mak Piah. Mak Piah pun berjalan ke hutan mencari seekor ular. Tak lama, ia pun mendapatkan seekor ular berbisa. Dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu, pikir Mak Piah. Ular itu lalu di bawa pulang. Malam harinya ular berbisa itu ditidurkan bersama Siti Mayang. Saya takut! Ular melilit dan menggigitku! teriak Siti Mayang ketakutan. Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun, ucap Mak Piah.
Sementara itu, luka ular milik Mah Bongsu
sudah sembuh. Mah Bongsu semakin menyayangi ularnya. Saat Mah Bongsu
menghidangkan makanan dan minuman untuk ularnya, ia tiba-tiba terkejut. Jangan
terkejut. Malam ini antarkan aku ke sungai, tempat pertemuan kita dulu, kata
ular yang ternyata pandai berbicara seperti manusia. Mah Bongsu mengantar ular
itu ke sungai. Sesampainya di sungai, ular mengutarakan isi hatinya. Mah
Bongsu, Aku ingin membalas budi yang setimpal dengan yang telah kau berikan
padaku, ungkap ular itu. Aku ingin melamarmu untuk menjadi istriku, lanjutnya.
Mah Bongsu semakin terkejut, ia tidak bisa menjawab sepatah katapun. Bahkan ia
menjadi bingung. Ular segera menanggalkan kulitnya dan seketika itu juga
berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Kulit ular
sakti itu pun berubah wujud menjadi sebuah gedung yang megah yang terletak di
halaman depan pondok Mah bongsu.
Selanjutnya tempat itu diberi nama desa
Tiban asal dari kata ketiban, yang artinya kejatuhan keberuntungan atau
mendapat kebahagiaan. Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan
pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam. Berbagai
macam hiburan ditampilkan. Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan
ucapan selamat.
Dibalik kebahagian Mah Bongsu, keadaan
keluarga Mak Piah yang tamak dan loba sedang dirundung duka, karena Siti
Mayang, anak gadisnya meninggal dipatuk ular berbisa. Konon, sungai pertemuan
Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi pemuda tampan itu
dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut Sungai Jodoh.
mantap
BalasHapussangat membantu
BalasHapusterima kasih
BalasHapusSumbernya dong kak.
BalasHapus