Kamis, 26 Mei 2016

analisis dongeng sungai jodoh

Analisis Dongeng Sungai Jodoh
A.    Deskripsi Data
Zaman dahulu kalaa, masih kecil kita sering mendengar cerita atau dongeng sebelum tidur yang diceritakan ibu kita, dongeng tersebut sebagian besar bercerita tentang binatang atau fable ataupun bercerita tentang asal-usul tempat daerah. Tetapi sekarang dongeng jarang digunakan kembali, untuk itu kita sebagai penerus bangsa sebaiknya kita lestarikan kembali dongeng-dongeng tersebut dan bisa dibacakan untuk anak kita atau adik-adik kita. Dengan dongeng kita dapat juga mengetahui asal-usul nama daerah atau dapat membantu anak mengenal macam-macam bintang.
1.      Biografi Pengarang Dongeng Sungai Jodoh
Dalam dongeng sungai jodoh ini saya tidak menemukan biografi pengarangnya saya hanya menemukan tahun terbit yaitu pada tanggal 9 Agustus 2013. Disunting : Dongeng legenda Sungai Jodoh.
2.      Sinopsis Dongeng Sungai Jodoh
Di pedalaman pulau batam hidup gadis yang bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga Mak Piah. Pada suatu hari Mah Bongsu mencuci pakain di sungai tiba-tiba ia melihat ular yang ganas berenang ternyata ular tersebut mengalami luka dipunggungnya Mah Bongsu pu membawakan pulang ukar tersebut, tiba-tiba kulit ilar tersebut terkelupas jika dibakarnya maka mengeluarkan asap jika asap mengarah ke negeri jepang mengalirlah berbagai alat elektronik dan bila di Bandar lampung datanglah berkodi-kodi kain tapis lampung. Dalam waktu tiga bulan Mah Bongsu menjadi kaya raya, dengan kekayaannya ia tidak tamak ataupun kikir ia selalu menyumbangkan sebagian hartanya untuk masyarakat tidak mampu. Akhirnya pun Mak Piah tidak senang melihat Mah bongsu kaya dan ia pun mengambil seekor ular dihutan dan tidur bersama dengan anaknya.
Tak berapa lama ular tersebut telah sembuh dan tiba-tiba ular tersebut berubah menjadi seorang pria yang tampan dan ingin melamar Mah Bongsu dan mereka pun menikah kulit ular tersebut berubah menjadi sebuah gedung yang megah di halaman rumahnya selanjutnya tempat itu diberi nama desa Tiban. Dengan kebahagiannya Mak Piah dirundung kesedihan karena anaknya dipatok oleh ular yang berbisa.

B.     Analisis Data dongeng Sungai Jodoh
1.      Struktur dongeng Sungai Jodoh
a.       Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau konflik yang terkandung dalam dongeng tersebut, ,maka untuk mempermudah menentukan tema saya akan mengemukakan konflik utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah:
Seorang yang bernama Mah Bongsu menemukan ular dan ular tersebut dapat menghasilkan kekayaan dan akhirnya Mak Piah dengan keiriiannya mengambil ular dari hutan tetapi ular tersebut malah membuat anaknya meninggal dunia karena patokan ular tersebut dan akhirnya pun Mah Bongsu hidup bahagia dengan pasangannya. Berdasarkan kutipan diatas jelas lah bahwa tema yang diangkat dalam dongeng tersebut adalah mengangkat tentang Ketamakan.
b.      Alur
Untuk dapat mengetahui jalan cerita atau alur dalam dongeng tersebut kita harus dapat mengetahui rangkaian peristiwa yang terdapat dalam dongeng tersebut. Rangkaian peristiwanya sebagai berikut:
1.      Penceritaan dimulai dengan kehidupan seorang gadis yang bernama Mah Bongsu yang sebagai pembantu rumah tangga dan pada saat itu ia sedang mencuci pakain disungai dan menjumpai ular ia pun sangat takut ternyata ular tersebut mengalami luka. Dalam kutipan “ular….!!! Teriak Mah Bongsu ketakutak ketika melihat seekor ular mendekat”
2.      Mah Bongsu membawa ular tersebut kerumahnya
3.      Ternyata ular tersebut kulitnya terkelupas, kulit ular tersebut dibakar oleh Mah Bongsu timbul asap besar jika asap mengarah ke negeri jepang mendapatkan barang elektronik jika dibandar lampung mendapatkan berkodi-kodi kain tapis.
4.      Mak Piah majikannya merasa iri dan tidak mau kalah dengan Mah Bongsu yang sudah kaya.
5.      Ular tersebut berubah menjadi lelaki tampan dan ingin menikahi Mah Bongsu.
6.      Mah Bongsu dan lelaki tampan tersebut hidup bahagia ia mendirikan gedung didepan halaman rumahnya yang diberi nama desa Tiban
7.      Mak Piah dan keluarga dirundung duka karena anaknya meniggal dipatok ular berbisa yang diambil dari hutan.
Dongeng ini terdiri dari 7 sekuen yang merupakan alur maju ia tidak terbagi dalam sekuen-sekuen karena tidak menceritakan kejadian sebelumnya.

                                                                                                      
                               1             2            3           4           5             6                   7
                   
                                                           Bagan 1 dongeng Sungai Jodoh
    Dan jelaslah dongeng ini menggunakan alur maju pada bagian awal ketika Mah Bongsu bertemu dengan ular tersebut dan Mah Bongsu merawat ular tersebut dan akhirnya ular tersebut dapat merubah dirinya menjadi lelaki yang tampan dan ingin melamar Mah Bongsu menjadi istrinya. Dan akhirnya mereka pun hidup dengan bahagia.

c.       Latar
Ruang lingkup sebuah karya fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh pengarang. Latar menyangkut ruang dimana peristiwa ini berlangsung. Oleh karena itu, latar tidak hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang diciptakan melainkan ruang waktu dan latar budaya bisa saja muncul dalam dongeng tersebu. Pada bagian latar ini akan diuraikan latar tempat, waktu dan sauasana yang menjadi latar suatu peristiwa terjadi oleh para tokoh didalam dongeng ini. Latar tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.      Latar tempat
·         Di sungai merupakan tempat utama Mah Bongsu menemukan ular tersebut. Terdapat pada kutipan : “pada suatu hari Mah Bongsu mencuci pakaiannya di sungai”
·         Di pedalaman pulau Batam merupakan tempat utama untuk dikisahkan dongeng ini.
·         Rumah Mah Bongsu adalah tempat ia merawat ularnya hingga sembuh.
·         Di hutan adalah tempat Mah Piah dan Siti Mayang mencari ular.
·         Desa Tiban merupakan tempat bekas kulit ular yang diletakkan didepan halaman rumah Mah Bongsu dan berubah menjadi gedung yang besar yang diberi nama desa Tiban atau kejatuhan keberuntungan.
·         Dikamar Siti Mayang adalah tempat saat Mak Piah memerintahkan anaknya untuk tidur dengan ular yang diambil dari hutan tadi.
Dari kutipan diatas terlihat bahwa sebuah Pedalaman Pulau Batam memiliki kisah seorang anak gadis yang bernama Mah Bongsu yang menemui ular yang dapat merubah ia menjadi kaya. Akhirnya ia pun hidup bahagia dengan ular tersebut. Dengan latar tempat yang sudah diatur dalam kutipan diatas sehingga dongeng ini bisa berlangsung.
2.      Latar waktu
·         Pada suatu masa
·         Pada suatu hari
·         Malam hari
·         Tiga hari tiga malam
Latar waktu yang ditampilkan dalam kutipan diatas sangat menunjang antara kebahagian. Dalam kutipan”pesta pun berlangsung tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkannya, dan jelaslah kutipan tersebut merupakan latar waktu yang menyatakan kebahagian Mah Bongsu.
3.      Latar suasana
·         Ketakutan dalam kutipan “ularr….!!! Teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ular mendekat”
·         Terkejut dalam kutipan “ular segera meninggalkan kulitnya dan seketika itu  juga berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa”
·         Bahagia dalam kutipan”akhirnya  Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam”
·         Kesedihan “ keluarga Mak Piah sedang dirundung duka karena Siti Mayang anak gadisnya meninggal dipatok ular berbisa”

d.      Penokohan
1.      Mah Bongsu adalah tokoh yang diutamakan dalam dongeng tersebut. Tokoh utama dalam dongeng ini adalah Mah Bongsu. Mah Bongsu adalah gadis yang baik, ramah dan tidak kikir. Terdapat dalam kutipan “ Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh tubuh ular tersebut hingga sehat dan besar
“Mah Bongsu pun tidak kikir kekayaannya dibagikan kepada tetangganya terdapat dalam kutipan “ Mah Bongsu juga membantu para anak yatim, orang yang sakit dan orang lain yang membutuhkan pertolongannya”
Dalam kutipan diatas jelaslah bahwa Mah Bongsu adalah sosok gadis yang baik dan tidak kikir.
2.      Ular atau lelaki tampan merupakan seekor ular yang berubah menjadi lelaki tampan yang sangat baik karena dengan kulit ularnya terkelupas dapat memberikan hal yang baik kepada orang-orang sekitar rumah Mah Bongsu.
3.      Mak Piah adalah seorang majikan Mah Bongsu yang tamak dan tidak mau kalah suka berprasangka buruk dengan orang. Terdapat dalam kutipan” pasti Mah Bongsu memelihara tuyul”
Kutipan ke II” dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu
Dalam kutipan diatas jelaslah bahawa tokoh Mah Piah merupakan tokoh yang jahat dan tamak
4.      Siti Mayang merupakan seorang anak gadis dari Mah Piah yang sama-sama jahat serakah,tamak dengan ibunya
Terdapat pada kutipan”hampir setiap malam mereka mengintip kerumah Mah Bongsu”
e.       Sudut pandang
Sudut pandang yang dipergunakan dalam dongeng ini merupakan sudut pandang orang ketiga karena menggunakan nama seperti Mah Bongsu, Mah Piah,dan Siti Mayang.
f.       Gaya bahasa
Gaya bahasa dalam dongeng ini menggunakan gaya bahasa yang formal dan biasa saja tidak ada majas-majas yang terdapat dalam dongeng ini.
g.      Amanat
Sikap tamak,serakah akan mengakibatkan kerugian pada diri sendiri. Sedang sikap menerima apa adanya, mau menghargai orang lain dan rela berkorban demi sesame yang membutuhkan akan berbuah kebahagian.





















Lampiran dongeng Sungai Jodoh
Pada suatu masa di pedalaman pulau Batam, ada sebuah desa yang didiami seorang gadis yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga dari seorang majikan bernama Mak Piah. Mak Piah mempunyai seorang putri bernama Siti Mayang. Pada suatu hari, Mah Bongsu mencuci pakaian majikannya di sebuah sungai. Ular! teriak Mah Bongsu ketakutan ketika melihat seekor ulat mendekat. Ternyata ular itu tidak ganas, ia berenang ke sana ke mari sambil menunjukkan luka di punggungnya. Mah Bongsu
memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan membawanya pulang ke rumah.
Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh. Tubuh ular tersebut menjadi sehat dan bertambah besar. Kulit luarnya mengelupas sedikit demi sedikit. Mah Bongsu memungut kulit ular yang terkelupas itu, kemudian dibakarnya. Ajaib, setiap Mah Bongsu membakar kulit ular, timbul asap besar. Jika asap mengarah ke Negeri Singapura, maka tiba-tiba terdapat tumpukan emas berlian dan uang. Jika asapnya mengarah ke negeri Jepang, mengalirlah berbagai alat elektronik buatan Jepang. Dan bila asapnya mengarah ke kota Bandar Lampung, datang berkodi-kodi kain tapis Lampung. Dalam tempo dua, tiga bulan, Mah Bongsu menjadi kaya raya jauh melebihi Mak Piah Majikannya. Kekayaan Mah Bongsu membuat orang bertanya-tanya. Pasti Mah Bongsu memelihara tuyul, kata Mak Piah. Pak Buntal pun menggarisbawahi pernyataan istrinya itu. Bukan memelihara tuyul! Tetapi ia telah mencuri hartaku! Banyak orang menjadi penasaran dan berusaha menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu. Untuk menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu ternyata tidak mudah. Beberapa dari orang dusun yang penasaran telah menyelidiki berhari-hari namun tidak dapat menemukan rahasianya.
Yang penting sekarang ini, kita tidak dirugikan, kata Mak Ungkai kepada tetangganya. Bahkan Mak Ungkai dan para tetangganya mengucapkan terima kasih kepada Mah Bongsu, sebab Mah Bongsu selalu memberi bantuan mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain mereka, Mah Bongsu juga membantu para anak yatim piatu, orang yang sakit dan orang lain yang memang membutuhkan bantuan. Mah Bongsu seorang yang dermawati, sebut mereka.
Mak Piah dan Siti Mayang, anak gadisnya merasa tersaingi. Hampir setiap malam mereka mengintip ke rumah Mah Bongsu. Wah, ada ular sebesar betis? gumam Mak Piah. Dari
kulitnya yang terkelupas dan dibakar bisa mendatangkan harta karun? gumamnya lagi. Hmm, kalau begitu aku juga akan mencari ular sebesar itu, ujar Mak Piah. Mak Piah pun berjalan ke hutan mencari seekor ular. Tak lama, ia pun mendapatkan seekor ular berbisa. Dari ular berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu, pikir Mak Piah. Ular itu lalu di bawa pulang. Malam harinya ular berbisa itu ditidurkan bersama Siti Mayang. Saya takut! Ular melilit dan menggigitku! teriak Siti Mayang ketakutan. Anakku, jangan takut. Bertahanlah, ular itu akan mendatangkan harta karun, ucap Mak Piah.
Sementara itu, luka ular milik Mah Bongsu sudah sembuh. Mah Bongsu semakin menyayangi ularnya. Saat Mah Bongsu menghidangkan makanan dan minuman untuk ularnya, ia tiba-tiba terkejut. Jangan terkejut. Malam ini antarkan aku ke sungai, tempat pertemuan kita dulu, kata ular yang ternyata pandai berbicara seperti manusia. Mah Bongsu mengantar ular itu ke sungai. Sesampainya di sungai, ular mengutarakan isi hatinya. Mah Bongsu, Aku ingin membalas budi yang setimpal dengan yang telah kau berikan padaku, ungkap ular itu. Aku ingin melamarmu untuk menjadi istriku, lanjutnya. Mah Bongsu semakin terkejut, ia tidak bisa menjawab sepatah katapun. Bahkan ia menjadi bingung. Ular segera menanggalkan kulitnya dan seketika itu juga berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Kulit ular sakti itu pun berubah wujud menjadi sebuah gedung yang megah yang terletak di halaman depan pondok Mah bongsu.
Selanjutnya tempat itu diberi nama desa Tiban asal dari kata ketiban, yang artinya kejatuhan keberuntungan atau mendapat kebahagiaan. Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkan. Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan ucapan selamat.
Dibalik kebahagian Mah Bongsu, keadaan keluarga Mak Piah yang tamak dan loba sedang dirundung duka, karena Siti Mayang, anak gadisnya meninggal dipatuk ular berbisa. Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi pemuda tampan itu dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut Sungai Jodoh.



analisis cerpen menganyam kesabaran


Analisis cerpen
A.    Deskripsi Data
Indonesia banyak sastrawan yang belum kita ketahui, ternyata mereka banyak menghasilkan karya-karya yang sangat luar biasa dan banyak yang mengangkat nilai-nilai kehidupan seperti pendidikan, hiburan, dan juga islami. Seperti analisis cerpen yang saya buat ini adalah sastrawan Indonesia yang bernama Asma Nadia tokoh sastrawan ini membahas tentang nilai kehidupan seorang perempuan dan nilai islami, untuk itu kita sebagai generasi muda ketahuilah karya-karya dan sastrwan di Negara kita sendiri.
1.      Biografi Tokoh
a.      Asma Nadia
Asma Nadia atau bernama asli Asmarani Rosalba ini adalah wanita yang berkarir sebagai penulis, ia lahir pada tanggal 26 Maret 1972 di Jakarta. Asma Nadia mulai tertarik pada dunia tulis menulis ketika dia mulai menciptakan lagu di Sekolah Dasar, selebihnya ia mulai aktif menulis cerpen,puisi dan resensi dimedia sekolah, ketika SMA ia Sekolah di SMA 1 Budi Utomo Jakarta dan melanjutkan jenjang kuliahnya di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, tetapi ditengah kesibukan kuliahnya dia dilanda penyakit jadi mau tidak mau Asma harus beristirahat dan tidak menamatkan kuliahnya
2.      Sinopsis cerpen Menganyam Kesabaran
Cerpen Menganyam Kesabaran ini mengisahkan pasangan suami istri yang sudah menikah selama 6 tahun tidak ada percecokan atau salah paham didalam rumah tangganya, suami selalu terlihat harmonis dan sangat dalam pada ilmu agamanya dan suami selalu menyayangi istrinya dan selalu pengertian dengan istrinya. Selama pernikahan 6 tahun mereka tidak diberikan momongan walaupun mereka keduanya sangat mengaharap. Pada suatu ketika saat sang istri pergi kedokter kandungan dan dokter mengatakan bahwa ia positif mengandung, Dede sangat bahagia ia selalu bersyukur kepada Tuhan airmatanya pun jatuh karena menangis kebahagiaan. Sang suami pun turut bahagia mendengar berita tersebut. Tetapi keadaan bahagia tersebut tidak bertahan lama saat Dede mengecek kehamilannya dan dokter pun mengatakan bahwa kandungannya tidak dapat berkembang dan harus dioperasi untuk menghilangkan racun tersebut. Dede menangis sejadi-jadinya dan tidak terima dalam kenyataan ini, tetapi sang suami selalu menenangkannya dan memberikan motivasi baik untuknya.

B.     Analisis Data cerpen Menganyam Kesabaran
a.       Tema
Berdasarkan kutipan diatas jelaslah bahwa  tema yang diangkat oleh pengarang dalam cerpen ini menyangkut permasalahan Kesabaran dalam cerpen Menganyam Kesabaran seorang pasangan suami istri yang tidak mendapatkan momongan dengan cobaan yang kian menerpa  selalu bersabar dan beristigfar kepada Allah SWT.
b.      Alur
Untuk menemukan struktur alur oleh pengarang dalam cerpen ini peneliti berusaha melihat rangkaian peristiwa yangb terdapat dalam cerpen. Rangkaian tersebut adalah:
(1)   Saat Dede membangunkan Aa (suaminya) dari tidurnya untuk menunaikan Shalat Subuh berjamaah
(2)   Walaupun umurnya berselisih 2 tahun tetapi keluarga mereka selalu bahagia dan harmonis. Keduanya sangat menginginkan seorang momongan.
(3)   Saat Dede kerumah sakit untuk pemeriksaan urine dan ternyata hasilnya positif.
(4)   Dede dan sang istri sangat bahagia mendengar berita tersebut.
(5)   Ketika umur kandungan istri memasuki umur 6 bulan mereka memeriksakan kandungannya kedokter kandungan yang sudah ia kenal, disitu mendengar berita buruk bahwa kandungannya tidak berkembang dan harus dioperasi untuk mengeluarkan racun tersebut.
Cerpen ini terdiri dari 5 sekuen yang merupakan alur maju ia tidak terbagi dalam sekuen dan tidak menceritakan masa lalunya. Maka jelaslah bahwa secara kronologis. Alur cerpen ini menggunakan alur maju. Pada bagian awalnya yaitu saat Dede membangunkan suaminya untuk Shalat Subuh berjamaah. Selanjutnya keluarga mereka selalu harmonis dan saling mencintai selama pernikahannya berjalan 6 tahun. Walaupun mereka tidak mendapatkan seseorang momongan tetapi sang suami sangat mencintai Dede dam selalu menerima kekurangannya.
 



Bagan 1.2 cerpen Menganyam Kesabaran
c.       Latar
(1)   Latar tempat
(a)    Dirumah termasuk tempat pertama Dede dan Aa menunaikan shalat Subuh berjamaah dan mengurus rumah tangga. Dalam kutipan “sudah mau pukul 17.00 WIB, kataku memandang Aa sambil menahan tawa. Aa bangkit dari tidurnya. Hmm…..,”gumamku masih ogah-ogahan. Dede wudhu dulu awas jangan ketiduran lagi!” Ancamku sambil beranjak kamar mandi.
(b)   Fakultas MIPA yaitu saat mereka berjumpa dan mereka tidak pacaran seperti orang-orang kebanyakan
(c)    Dirumah sakit merupakan tempat saat mengecek kandungannya “ Dan dengan perasaan sedikit tak tenang kutunggu hasil pemeriksaan urine. Dan kudengar namaku dipanggil. “Ayu-san!” kudapati dokter Abe dengan ekspresi ramahnya seperti biasa.
Dari kutipan diatas terlihat bahwa rumah, Fakultas MIPA,rumah sakit merupakan tempat dimana cerpen ini berlangsung dengan konflik-konflik yang sangat baik dalam memerankan tokohnya.



(2)   Latar waktu
Latar waktu digunakan dengan tujuan melukiskan kapan suatu peristiwa terjadi. Latar waktu dalam cerpen ini dimulai pada waktu pagi saat Dede membangunkan suaminya untuk shalat Subuh berjamaah. Dibawah ini kutipan yang menggambarkan latar waktu:
(a)    Latar waktu dalam cerpen ini dimulai pada saat Subuh pukul 04.45 saat Dede membangunkan Aa untuk shalat Subuh berjamaah.
(b)   Empat bulan, bulan Februari akhir beberapa hari sebelum Ramadhan. Aku menemui dokter Abe seperti biasa untuk mengecek kandungannku dan ternyata kandungan positif
(c)    10 pekan usia dikamdungannya mendeteksi kandungan oleh USG.
(d)   Magrib saat dirawat di rumah sakit dan melakukan shalat magrib berjamaah.
(3)   Alur suasana
(a)    Kebahagiaan dalam kutipan” Dan kudengar namaku dipanggil. Aya-san! Kudapati dokter Abe dengan ekspresi ramah seperti biasa. “duduklah,” katanya, aku duduk dihadapannya ambil harap-harap cemas. Selamat aku mendengar kata-kata itu dengan kelegaan yang luar biasa, tetapi juga diiringi dengan tangis haruku yang naik kerongkongan “positif, kata dokter melanjutkan, Alhamdulilah, Alhamdulilah Rabbilalamin. Subhanallah. Ya Allah Maha Besar Engkau telah mengabulkan permintaan dan usaha-usah hamba-Nya.
(b)   Kesedihan dalam kutipan’ Ya Allah, ampuni aku. Akhirnya bagian hatiku yang bersih menyapa bagian hatiku yang kotor dan aku temukan diriku dalam keadaan tenang kembali kudengar Aa berucap pelan innalilahi wainalilahi rajiuun. Dan dengan tenang menandatangani formulir operasi buatku.

d.      Penokohan
(1)   Dede ( istri)
Dede merupakan sosok sang istri yang berkarir dan selalu menjadi istri yang sabar selalu baik dalam melayani suaminya,baik dalam mengurusi rumah tangganya. Dibawah ini adalah kutipan  dari tokoh Dede:
(a)    “ Aku beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi dan mencuci pakaian.
(b)   “Aku beristigfar dalam hati mencoba menghilangkan rasa penyesalanku atas takdir Allah. Tidak aku tidak boleh menyalahkan Allah atas cobaannya seru sebuah bagian hatiku”.
Dalam kutipan diatas jelaslah bahwa Dede sangat menyayangi suaminya dan selalu melayani suaminya dengan baik, baik dalam mengurus rumah tangganya,selalu sabar dalam musibah yang terjadi kepadanya dan selalu beristigfar kepada Allah.
(2)   Aa (suami)
Aa merupakan sosok suami yang sangat menyayangi istrinya selalu menjaga istrinya dan tidak pernah mengungkit permasalahan yang terjadi dalam istrinya. Dibawah ini adalah kutipan tokoh dari Aa:
(a)    “ Sudah nggak apa perutnya….?katanya mules habis dari rumah sakit kemarin “nggak apa-apa kok”.
(b)   “ Kesepian menunggu datangnya amanah itu bukannya tak pernah lagi kami rasakan, khususnya aku. Tanpa aku katakan pada Aa apa yang aku rasakan Aa seakan mengerti
(c)    “ Suara Aa bergetar ketika mencapai …………Walanabluwannakum bisyayi im minal khaufi wal juu”I wanaqshim. Wabasyiri shabiriin Alladziina idzaa asyabthum mushibah,qoluu inna lilahi wa ina ilaihi raji”uun. Ulaika alaihim shalawatum mir rabbihim waraahmah”waulaaika humul muhtadun.
Dalam kutipan diatas jelaslah bahwa tokoh seorang Aa(suami) merupakan sosok yang sabar dan selalu mendalami ilmu agamanya selalu bersyukur atas nikmat yang allah berikan kepadanya. Memberikan perhatian yang lebih kepada sang istri dan menyayanginya.


(3)   Abe (dokter)
Abe adalah seorang dokter yang ramah dan sangat baik kepads Dede selalu mengerti kondisi pasiennya. Dapat dilihat dari kutipan “ kudapati dokter Abe dengan ekspresi ramah seperti biasa ……”positif kata dokter Abe melanjutkan. Dokter Abe memandangku dengan senyumannya, dan aku tau dimatanya yang tersembunyi disebalik kacamatanya itu kudapati matanya yang berkaca-kaca.
e.       Sudut pandang
Sudut pandang yang dipergunakan dalam cerpen Menganyam Kesabaran adalah memakai sudut pandang orang ketiga  dimana penulis adalah seorang yang berada dalam cerita dan menggunakan nama ganti seperti : aku kamu, kami dan Aa terdapat dalam kutipan “aku dan Aa berselisih dua tahun, kami menikah ketika aku tahun ketiga dan Aa sedang dalam proses menyelesaikan skripsinya”.
f.       Gaya bahasa
Gaya bahasa dalam cerpen menganyam kesabaran ini menggunakan bahasa yang biaaa saja dan formal saja. Dari awal sampai akhir cerita tidak menggunakan bahasa yang berlebihan dan tidak menggunakan majas-majas.
g.      Amanat
Amanat adalah pesan yang terkandung dalam cerpen tersebut. Dalam cerpen menganyam kesabaran ini harus bersabar jangan putus asa karena rezeki tidak akan kemana tidak boleh menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Tidak boleh menyalahkan allah atas cobaan yang Allah berikan mungkin ada rencana lain dari allah. Terdapat pada kutipan “ aku beristigfar dalam hati mencoba menghilangkan rasa penyesalanku atas takdir Allah, tidak aku tidak boleh menyalahkan Allah atas cobaan-cobaaNya seru sebuah bagian hatiku”.











                                                            Lampiran cerpen Menganyam Kesabaran
Kriiinnnggg!" Jam wekker di samping kepalaku berbunyi nyaring. Reflek kugerakkan tanganku memencet tombolnya. Hmmm, jam 4.45. Kulihat Aa sudah tidak ada di sampingku, aku bergerak menyalakan heater dan bergerak menuju ruang sebelah. Di sana kulihat Aa tertidur dengan pulasnya. Dengan jaket tebal dan sarungnya. Posisinya melingkar membuat tubuh Aa yang jangkung tampak mengecil. Aku tersenyum. Rupanya Aa shalat malam tanpa membangunkan aku.Terlihat terjemahan Al quran yg masih terbuka di samping kepala Aa. Kututup perlahan terjemahan itu. Kuberjongkok di samping tubuh Aa, tersenyum memandangi wajah Aa yang terlihat damai sekali. "A..Aa..!" Kuguncang-guncang bahu Aa pelan. Aa menggeliat sebentar. Tapi seakan tidak peduli malah membalikkan posisi tubuhnya membelakangiku. Kuulang hal yang sama. Aa belum mau bangun juga. Kalau sudah begini, cuma ada satu cara yang ampuh. Usapan air! Aku bergegas menuju dapur dan memutar kran lalu mencuci tanganku. Siraman air dingin membuat sel-sel sarafku bereaksi seketika. Rasa kantuk yang masih tersisa lenyap dibuatnya. Kuusapkan tanganku yang dingin pada wajah Aa. Suamiku terbangun seketika dan menatapku dengan wajah bangun tidurnya yang lucu. "Assalamu'alaikum! Sudah mau jam 5..."kataku memandang Aa sambil menahan tawa. Aa bangkit dari tidurnya. "Hmm..,"gumamnya masih ogah-ogahan. "Dede wudhu dulu..awas jangan ketiduran lagi!"ancamku sambil beranjak ke kamar mandi.

Subuh itu seperti biasa kami selesai shalat berjamaah kami lewati dengan tilawah Al Quran dan doa Matsurat. Dan seperti biasanya tilawah Aa lebih panjang dari pada lama tilawahku. Aku beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi dan mencuci pakaian. Ketika aku memasukkan baju-baju kotor ke mesin cuci, ku dengar suara Aa. "De..! Sudah nggak papa perutnya..? Katanya mulas habis dari Rumah sakit kemarin.." "Nggak, udah nggak papa, kok, "sahutku.

Kemarin memang hari di mana aku harus pergi ke ahli kandungan untuk memeriksakan diri secara rutin tiap bulan. Sebelum memasukkan alat itu ke dalam tubuhku, dokter wanita yang ramah itu mengingatkanku, bahwa pengobatan seperti ini memang menyakitkan. Jadi aku bisa menolaknya kalau tidak tahan. Tapi kupikir-pikir toh sama saja sakit sekarang atau nanti. Maka kubilang pada dokter tersebut. "iie. Daijoubu desu. Yatte kudasai, onegaishimasu.(tidak apa-apa. Tolong laksanakan saja...)" Dokter Abe tertawa. "Gaman site, ne...(bersabar ya, kalau sakit..)" Dan benar saja. Perutku terasa diperas-peras, kepalaku gelap. Aku hampir terjatuh ketika bangkit dari tempat tidur. "Sebentar akan saya telfonkan taksi untuk mengantar anda pulang ke rumah!" Kata dokter Abe bergegas keluar. Aku berterimakasih padanya sambil menahan rasa mual yang tidak dapat kuceritakan rasanya. 

Sampai di rumah aku tak kuat bangun lagi. Sehabis Ashar aku tak sempat lagi membuat makan malam buat Aa. Ketika Aa pulang, dan mendapatkanku sedang tidur Aa sendiri yang memasak makan malam. Alhamdulillah, Aa memang mengerti keadaanku, walaupun sebenarnya tidak mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Tapi beliau tidak marah karena tidak ditemuinya makan malam di meja makan, malah beliau berinisiatif sendiri untuk memasaknya. Ya Allah terimakasih karena telah Kau berikan seorang suami seperti Aa, kataku bersyuku dalam hati. 

"Hei! Kok, bengong !" Aa mencolek bahuku. Aku terkejut, agak malu tertangkap basah dalam keadaan bengong. "Masak apa, De..? Mi goreng sajalah ya. Kan mi goreng buatan Aa jaminan mutu.." Aa bergerak menuju wastafel dapur dan mulai membuka-buka kulkas. Aku mengangguk saja. Mi goreng adalah masakan kebisaan Aa. Dan harus diakui kadang-kadang rasanya jauh lebih enak dari buatanku. Pagi itu kami sarapan pagi dengan mi goreng dan sup miso ala Aa. Sedap karena Aa menambah rasanya dengan keikhlasan... Dan seperti biasa kami berpisah di dekat stasiun. Aku ke kiri menuju kampusku yang telah berdiri di sana, sedang Aa ke kanan, ke arah stasiun karena Aa harus ke kampus dengan kereta listrik. "Nggak papa, De..? Kuat kuliah..?"tanya Aa lagi sebelum berpisah. "Insya Allah nggak papa...Lagian cuma sebentar hari ini, seminar saja. Kan giliran Dede yang harus presentasi.."jawabku berusaha menghilangkan kekhawatiran Aa. "Yah, sudah kalau nggak papa. Hati-hati, ya..Assalamu'alaikum!" Aku mencium tangan Aa dan membalas salamnya. Kutunggu sampai tubuh jangkung Aa hilang di pintu stasiun.

Aku dan Aa berselisih dua tahun. Kami menikah ketika aku tahun ketiga, dan Aa sedang dalam proses menyelesaikan skripsinya. Kami berada di fakultas yang sama, FMIPA, walau berbeda jurusan. Aku kimia, sedang Aa fisika. Alhamdulillah, Allah menjawab doa-doa kami, dengan memberikan cinta dan kasih sayangNya pada hati-hati kami. Walau kami tidak berpacaran seperti yang biasa dilakukan orang-orang pada umunya, ternyata kami bisa cocok dan saling memahami hingga usia perkawinan kami menjelang tahun ke enam sekarang, tak ada percecokan yang sampai mengguncang bahtera yang kami layari. Kalaupun ada mungkin keinginan kami untuk mempunyai anak.Tidak, itu tak pernah mengguncangkan bahtera. Bahkan boleh dibilang memperkuat ikatan tali hati kami. Ketika setelah dua tahun menikah Allah belum juga mempercayakan amanah itu pada kami, aku sendiri masih tenang-tenang saja. Aku memang tidak mempunyai siklus bulanan yang teratur sebagaimana wanita normal. Tetapi melihat keturunan dari ibu dan bapak, keluargaku termasuk"subur". Demikian pula Aa. Sampai akhir nya Aa pergi belajar ke Jepang ditugaskan lembaga yang selama ini memberi Aa beasiswa, dan aku menyusulnya satu tahun kemudian untuk menemani Aa setelah skripsiku yang sedikit berlarut-larut karena aku harus membagi waktuku sebagai seorang istri dan mahasiswi, selesai disidangkan.

Atas keinginanku yang disetujui oleh Aa, akhirnya kami berdua berkonsultasi pada dokter ahli kandungan yangsekarang ini. Kebetulan dan alhamdulillah sekali beliau perempuan.. Dan setelah diteliti, ternyata benar dugaanku. Aa normal, akulah yang sakit. Sehingga sejak satu setengah tahun lalu aku berobat secara intensif. Walaupun belum tampak hasilnya hingga kini. Namun atas dorongan semangat Aa, aku bisa terus sabar berusaha hingga kini. Dan aku tahu, Aa juga menunjangnya dengan doa-doa di sujudnya yang lama setelah shalat, sebagaimana yang juga aku lakukan. ****

Kesepian menunggu datangnya amanah itu bukannya tak pernah kami rasakan, khususnya aku. Tanpa aku katakan pada Aa apa yang aku rasakan, Aa seakan mengerti. Sehingga ketika hari tahun ajaran baru universitas dimulai, Aa menyarankan agar aku melanjutkan sekolah saja. Di rumah sendiri bukannya tak ada pekerjaan. Pekerjaan menterjemahkan secara bebas artikel-artikel bahasa Inggris dan kukirim ke redaksi-redaksi majalah, adalah pekerjaan yang sudah kumulai sejak aku masuk universitas. Lalu kursus Bahasa Arab gratis dengan beberapa teman, ibu-ibu dari Mesir seminggu sekali. Dan pelajaran bahasa Jepang secara autodidak yang aku lakukan melalui TV dan majalah berbahasa Inggris-Jepang. Belum lagi pekerjaan rumah tangga, yang walaupun sebagian besar serba otomatis tetapi membutuhkan kesabaran untuk melawan kebosanan itu, juga menunggu. Tetapi waktuku yang banyak sendirian di rumah kadang-kadang membuat aku tak kuat melawan sepi. Dan Aa mengerti benar kecenderunganku tersebut.

Dan akhirnya aku memilih masuk fakultas pendidikan, dan mengambil spesialisai psikologi pendidikan. Karena aku melihat Jepang mapan dalam pendidikan dasarnya. Sedari dulu aku tergelitik untuk mengetahui "resep"nya. Tanpa pikir dua kali aku menyambut saran Aa. Dan jadilah setahun yang lalu aku mahasiswi graduate di universitas yang sama dengan tempat Aa sekarang. Walaupun satu universitas tempat kami berjauhan. Dan kami memutuskan untuk pindah ke tempat yang sekarang.

Hari-hari hanya berdua saja dengan Aa dari sisi lain kurasakan juga sebagai anugerah Allah pada kami. Karena belum disibukkan oleh anak, membuat aku lebih punya banyak waktu memperhatikan Aa, berdiskusi banyak hal dengan Aa, dan lain-lain yang kurasakan sangat mendekatkan aku dengan Aa. Jalan-jalan pagi atau sore sepanjang sungai kerap kami lakukan. Dan ketika kami bertemu dengan pasangan suami istri yang berjalan-jalan bersama buah hati mereka, tanpa sadar mata-mata kami memandang pada si kecil yang yang memandangiku dengan lucunya. Dan seperti biasa, kalau tidak aku atau Aa akan berguman. "lucunya.." "A, nanti anak kita lucu atau nggak, ya..?" Atau: "De, mudah-mudahan anak kita juga lucunya kayak gitu.."Yang kuaminkan dalam diam. Dan biasanya kami akan saling memandang dan tersenyum bersama. Walau bagaimanapun kami merindukan kehadiran amanah itu, ya Allah..

Dan tibalah keajaiban itu, tepat empat bulan setelah itu, hawa dingin sisa-sisa musim dingin masih tertinggal. Bulan Februari akhir, beberapa hari sebelum Ramadhan. Aku menemui Dokter Abe seperti biasa. Kali ini sambil membawa buku catatan suhuku yang kuukur setiap hari. Ada debar-debar harap karena kulihat grafik suhu tersebut tidak menurun. Tapi aku tak mau terlalu berharap. Karena takut kecewa yang berlebihan, jika bukan berita baik yang kudapat. Dan dengan perasaan sedikit tak tenang kutunggu hasil pemeriksaan urine. Dan kudengar namaku dipanggil. "Aya-san!" Kudapati dokter Abe dengan ekpresi ramah seperti biasa. "Duduklah,"katanya. Aku duduk dihadapannya sambil harap-harap cemas. Dan.."Omedetou gozaimasu..!(selamat..)" aku mendengar kata-kata itu dengan kelegaan yang luar biasa, tetapi juga diiringi dengan tangis haruku yang naik ke kerongkongan."Positif..,"kata dokter Abe melanjutkan. Alhamdulillah, Alhamdulillahrabbil'alamin..Subhanallah...Ya Allah, Maha Besar Engkau yang telah mengabulkan permintaan dan usaha hamba-hambaNya. Aku bertasbih dan bertahmid dalam hati, air mata bahagia yang kurasakan hangat keluar tanpa mampu kutahan lagi. Dokter Abe memandangku dengan senyumnya, dan aku tahu dimatanya yang tersembunyi oleh kacamata itu ku dapati juga kaca-kaca. "Domou arigatou gozaimasu.."kataku berterimakasih padaNya. Dia menggeleng. "Bukan saya yang membuatnya demikian, tetapi Kamisama(Tuhan) lah yang memberikannya. Bukan begitu Aya-san?" Aku mengangguk. Alhamdulillah, Segala puji bagi Engkau...

Sesampainya di rumah, aku seperti mempunyai tambahan energi baru. Aku masak soto ayam kesukaan Aa, kali ini tanpa pelit dengan daun sereh dan daun jeruk, biar sedikit istimewa. Juga acar, sambel kecap, serta perkedel jagung. Ketika dering telpon berbunyi, aku segera berlari mengangkatnya. Pasti itu Aa. Benar saja...Sehabis menjawab salam Aa, tanpa memberi kesempatan Aa berbicara aku berkata:"A, cepet pulang!..."

Dan hari-hari selanjutnya kurasakan lebih bergairah lagi. Walau janin di perutku baru dua bulan, tapi aku yakin dia sudah merasakan apa yang aku rasakan. Buku-buku tentang pendidikan janin dalam rahim, cara merawat bayi,sampai majalah tentang permasalahan bayi, yang dulu sempat kuletakkan jauh-jauh dari penglijatanku kupindahkan dekat rak buku-buku kuliahku. Uang tabungan yang kusisihkan dari uang belanja kubelikan walkman. Juga tak lupa aku rajin menggaris-garis buku pedoman pendidikan anak dalam Islam dan kuingat-ingat bagian yang pentingnya. Kini hari-hari ku tak pernah kulewatkan tanpa walkman yang memutar ayat-ayat Al-quran. Juga hari-hari di rumah aku lewatkan dengan "mengobrol" dengan janinku. Sampai Aa iri, karena aku bisa merasakan kehadiransi kecil lewat tubuhku, sedang Aa tidak. Alhamdulillah, aku tidak banyak mengidam dan merasakan mual. Padahal aku khawatir juga, karena sampai sekarang aku masih kuliah seperti biasa. Hanya saja waktu membacaku kuhabiskan sebagian besar di rumah, bukan di perpustakaan seperti biasanya. Karena di rumah aku lebih punya waktu dan lebih bebas "bicara" dengan si kecil.

Sampai saat itu...
Kali itu pemeriksaan kandunganku yang keenam. Menurut hitungan dia sudah 10 pekan usianya. Hari itu kuajak Aa juga. Karena kata Dokter Abe kandungan ku mungkin sudah bisa dideteksi oleh USG, maka beliau mengundang Aa juga untuk ikut menyaksikannya. Akan tetapi, takdir Allah menentukan lain... "Aya -san, terakhir memeriksakan kandungan tiga minggu yang lalu, ya..?" Dokter Abe bertanya memastikan setelah selesai memeriksaku. "Iya, sensei.."Aku mulai merasakan hal yang tidak enak menjalari hatiku. "Heemm, bisa tolong panggil suami anda..?"

Dan aku berusaha tabah ketika mendengar penjelasan itu. Janinku tidak berkembang! Penyebabnya sendiri belum diketahui secara persis. Karena pada pemeriksaan terakhir dia masih "hidup". Aku harus mengeluarkannya agar tidak meracuni rahimku.Aa menggegam tanganku erat. Kurasakan tubuhku bergetar menahan tangis. Ya Allah. Kutunggu kedatangannya selama 5 tahun lebih.Mengapa dia Kau panggil tanpa sempat kulihat wajah lucunya? Kenapa Kau panggil dia tanpa sempat aku rasakan lembut kulitnya, indah bening matanya, dan tangisan rewelnya. Aa menggegam tanganku lebih erat lagisambil berucap pelan, "Istighfar, Dede..Istighfar.."Ya, seakan mengerti apa yang bergalau di hatiku.

Aku beristighfar dalam hati mencoba menghilangkan rasa penyesalanku atas taqdir Allah. Tidak, aku tidak boleh menyalahkan Allah atas cobaanNya, seru sebuah bagian hatiku. Tetapi kenapa Dia panggil anakku yang sudah begitu lama kunantikan, tanpa memberiku kesempatan untuk jangankan membelainya, bahkan merasakannya untuk lebih lama berdiam dalam perutku? Seru bagian hatiku yang lain. Ya Allah, ampuni aku. Ya Allah, ampuni aku.Akhirnya bagian hatiku yang bersih menyapu bagian hatiku yang kotor. Dan kutemukan diriku dalam keadaan tenang kembali. Ku dengar Aa berucap pelan "Innalillaahi wa inna ilaihi Raaji'uun.." Dan dengan tenang menandatangani formulir operasi buatku.

Empat hari aku di rumah sakit. Aku tak merasakan perubahan yang berarti pada tubuhku. Tapi tidak demikian pada hatiku. Aku merasakan kesendirian ketika kusadari "anakku" tak ada lagi dalam diriku. Aa sendiri tak banyak berbicara tentang masalah itu. Aa tampak berusaha bersikap biasa. Namun aku tahu Aa menanggung kesedihan yang sama seperti yang kurasakan.

Maghrib itu kami berjamaah seperti biasa. Yang tidak biasa hanyalah itu pertama kali kami shalat berjamaahan sejak aku mengungsi di rumah sakit. Pada rakaat yang kedua Aa membaca surat Al Baqoroh dari ayat 153. Dan suara Aa bergetar ketika mencapai: .... Walanabluwannakum bisyayi im minal khaufi wal juu'i wanaqshim minal amwaali wal anfusi watstsamaraat. Wabasyiri shabiriin Alladziina idzaa ashabathum mushibah, qoluu inna lillaahi wa inna ilaihi raji'uun.Ulaika alaihim shalawaatum mir rabbihim warahmah. Wa ulaaika humul muhtadun... ...

(... Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepada mu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa mushibah mereka berucap: Innalillaahi wainna ilaihi raaji'unn. mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari RabbNya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ...)

Aku terisak di belakang Aa, mendengar teguran Allah yang lembut itu. Betapaku rasakan Allah langsung menegur sekaligus menghiburku lewat ayat-ayat tersebut. Selesai shalat, seperti biasanya Aa shalat rawatib ba'da maghrib , lalu berdzikir sebentar. Tak lama kemudian membalikkan badannya ke arahku. Aku menatap Aa. Kutemui mata yang cekung dan kurang tidur, karena beberapa hari ini Aa harus menjalani hidup antara rumah, rumah sakit, dan kampus. Kucium punggung tangan Aa seperti biasanya. Aa tersenyum bijak dan mengelus kepalaku dengan tangan kirinya. "Innallaaha ma'ashshabiriin, De.."katanya serak. Aa bukanlah tipe orang yang mudah mengekspresikan emosinya lewat titik air mata. Tapi kali ini, kulihat mata cekung Aa dipenuhi oleh kaca-kaca. Aku mengangguk pelan. Kurasakan mataku memanas lagi, dan kurasakan pandanganku kabur karena genangan air mata. Aa tak melepaskan genggaman tanganku, digenggamnya erat-erat seolah ingin berbagi kekuatan dengan ku.

Ya Allah, jika Engkau masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang Engkau berkati dan rahmati karena kesabaran kami menanggung cobaan, cobaan yang tidak seberat yang dialami saudara-saudara seiman kami yang harus hidup dalam ketakutan, kehilangan harta, bahkan nyawa dalam mempertahankan tanah air Islam, maka bimbinglah kami terus untuk dapat terus menganyam benang-benang kesabaran kami, agar menjadi kuat dan kokh sehingga mampu menanggung cobaan yang lebih berat lagi.(is95)

************

Keterangan: Aa * bahasa sunda artinya sama dengan panggilan Mas(untuk orang Jawa), atau Abang (untuk orang Betawi) Dede * bahasa Sunda, artinya sama dengan adi, jeng (atau apalah panggilan sayang buat istri) Miso * semacam tauco Indonesia terbuat dari beras, kedelai, dan garam Domou arigatou gozaimasu: terimakasih banyak .....san: cara orang Jepang memanggil lawan bicaranya.